Pada hari Rabu, 18 September 2019, BPS Kabupaten Sambas kedatangan tamu
dari jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas. Beberapa pejabat yang datang
antara lain Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sambas, Kepala Bappeda, Staf
Ahli, dan Asisten di lingkungan Pemda Kabupaten Sambas. Kedatangan para pejabat
tersebut selain untuk bersilaturahmi, juga bertujuan membahas beberapa hal terkait
pembangunan di Kabupaten Sambas. Hal yang dibahas pertama kali adalah mengenai
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Seperti kita ketahui, pada tahun 2018
IPM Kabupaten Sambas berada di angka 66,61 (peringkat ke-5 dari 14 kabupaten/kota
di Kalimantan Barat). Namun jika dilihat pada komponen penyusun IPM, salah satu
komponen yaitu Angka Harapan Hidup berada pada angka yang relatif kurang
memuaskan, yaitu 68,5 tahun (peringkat ke-13 dari 14 kabupaten/kota).
Staf Ahli Bupati
Sambas bidang Kemasyarakatan dan SDM,
I Ketut Sukarja, yang juga mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas
menjelaskan bahwa Kabupaten Sambas masih memiliki beberapa permasalahan
mengenai pelayanan kesehatan. Menurut
beliau, salah satu indikator yg menentukan Angka Harapan Hidup adalah pelayanan
kesehatan, terutama pelayanan terhadap ibu hamil. Angka kematian ibu dan anak juga sangat berpengaruh terhadap IPM, khususnya komponen Angka
Harapan Hidup. Selain itu, stunting di Kabupaten Sambas juga cukup tinggi serta masalah gizi buruk yang masih ada.
Sebenarnya Kabupaten
Sambas sudah sangat gencar dalam memperbaiki pelayanan kesehatan. Beberapa
inovasi telah dibuat salah satunya adalah pencegahan gizi buruk. Pada tahun
2016 inovasi tersebut pernah menjadi TOP 99 inovasi pada Pemberdayaan Masyarakat Melalui
"Pos Gita" dalam Pencegahan Gizi Buruk di Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas. Namun
dalam peningkatan IPM, khususnya Angka Harapan Hidup, tidak dapat serta merta
meningkat secara cepat dalam jangka waktu yang pendek, melainkan perlu proses yang kontinu dalam melakukan
perbaikan pelayanan kesehatan.
Selain Angka Harapan Hidup, komponen lain yang
masih menjadi sorotan adalah terkait pendidikan, yaitu Rata-rata Lama Sekolah. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Sambas baru mencapai baru
mencapai 6,68 tahun (data tahun
2018), artinya rata-rata
penduduk hanya menamatkan Sekolah Dasar dan belum sampai pada tingkat menengah (kelas 7 atau 1 SMP). Dalam diskusi tersebut Kepala
BPS Kabupaten
Sambas, Suwandi, mengatakan rata-rata lama sekolah yg diukur adalah penduduk yang berumur 25 tahun ke
atas. Menurut
pengamatan beliau di lapangan bahwa banyak kepala rumah tangga dan pasangan
yang sudah berusia lanjut yang berpendidikan rendah bahkan tidak bersekolah sama sekali. Permasalahan yang lain yaitu terdapat kecenderungan pada anak-anak yang berpendidikan tinggi untuk menjadi TKI dan tidak pulang dari perantauan
setelah menempuh pendidikan di luar. Menurut Sekretaris Daerah Sambas, Fery Madagaskar, salah satu strategi
jangka pendek untuk bisa mempercepat peningkatan IPM khususnya rata-rata lama
sekolah adalah dengan melaksanakan pendidikan Paket bagi masyarakat yang tidak bersekolah
maupun yang tidak tamat sekolah pada jenjang SD, SMP, maupun SMA. Menurut Kepala
BPS Kabupaten Sambas, sebenarnya IPM Kabupaten Sambas dalam beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang
cukup tinggi jika dilihat dari pertumbuhan IPM sejak tahun 2010 sampai dengan 2018.
Namun demikian perlu ditingkatkan lagi mengingat beberapa komponen IPM yang
masih tergolong rendah.
Selain diskusi
mengenai IPM beberapa topik pembicaraan yang dibahas pada kunjungan kali ini yaitu
mengenai kemiskinan, kesejahteraan masyarakat, dan harga beberapa komoditas pertanian. Pada kesempatan tersebut, tak lupa Kepala BPS Kabupaten Sambas
juga menyampaikan bahwa tahun 2020 akan dilaksanakan
Sensus Penduduk. Sensus Penduduk 2020 akan dilaksanakan dengan Combine Method
(metode kombinasi) dengan data registrasi dari Dukcapil.
Pembahasan lebih lanjut mengenai IPM
dan sosialisasi SP2020 akan dilaksanakan pada saat pertemuan seluruh OPD di
Kabupaten Sambas pada tanggal
20 September 2019 yang juga dihadiri oleh Kepala BPS Sambas sebagai narasumber.